Sabtu, 28 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

MAHADEVA

Riwayat hidup Mahadeva adalah seorang guru suci agama Buddha dari sekte Mahasanghika. Beliau hidup sekitar abad 2 SM. Perpecahan para pengikut Buddha terjadi sekitar tahun 280 SM yaitu pada konsili (rapat sangha) ke II di Vesali. Terjadinya perpecahan Dharma dan Vinaya karena perbedaan pemahaman terhadap konsep Arhat (Arahat). Selanjutnya, Bhiksu Mahadeva memisahkan diri dan diikuti oleh sebagian besar Bhiksu yang kemudian dikenal dengan nama Mahasanghika. 

Awal terjadinya perpecahan inilah yang kemudian dikenal sebagai awal munculnya Sthaviravada dan Mahasanghika  yang kemudian dikenal dengan nama Mahayana dan Hinayana. Untuk itu, Mahayana mengakui bahwa Bhiksu Mahadeva merupakan sesepuh dalam Mahayana. 

Jumat, 27 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

ASVAGHOSA


Riwayat hidup Asvaghosa diperkirakan sezaman dengan Raja Kaniskhka + tahun 100 M dan Beliau adalah salah satu pemimpin dan perintitis ajaran Mahayana. Beliau lahir dari keluarga Brahmana yang kemudian mengikuti ajaran Buddha. Asvaghosa adalah seorang Bhiksu aliran Sthavirava yang mendalami puja bhakti dan kemudian merasa cocok dengan ajaran Mahasanghika. Tempat kelahiran Asvaghosa di Seketa atau Ayodhya (sekarang Qudh) ibunya bernama Suvarnakshi. 


Menurut Vasubandhu, Asvaghosa membantu Katyayaniputra dalam mempersiapkan komentarian mengenai Abhidharma. Karya-karya Asvaghosa antara lain:
a. Buddha Carita
b. Saundarananda
c. Sariputra-Prakarana
d. Mahayana Shraddhotpada Sastra
e. Sutralankara
f. Lankavatara-Sutra-Sastra.  

Kamis, 26 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

SHANTIDEVA

Riwayat hidup Shantideva  dijelaskan sebagai seorang cendekiawan Buddhis yang berasal dari India pada abad ke-8. Ia adalah cendekiawan Universitas Nalanda dan seorang penganut filsafat Prasangika Madhyamaka.
Sekte Madhyamika Tiongkok, Chan Ssu Lun mengidentifikasi dua individu yang berlainan atas nama "Shantideva", yang pertama adalah Shantideva yang merupakan pendiri Sangha Avaivartika pada abad ke-6 dan satu lagi adalah Shantideva yang menempuh studi di Universitas Nalanda pada abad ke-8, Shantideva yang kedua inilah yang muncul dalam berbagai sumber biografi tibetan. Kutipan penemuan ini bisa dilihat di Banglapedia: National Encyclopedia of Bangladesh, situs yang dikembangkan oleh Asiatic Society of Bangladesh, atau bisa juga merujuk ke Bodhicaryavatara Historical Project, Proyek riset akademik yang bermulai dari Mahabodhi Sunyata Seminary di Tarragona, Spanyol.
Shantideva lahir di Bodhgaya utara. Ayahnya bernama Gyelwey Gocha (Rompi baja pemenang), ibunya bernama Vajrayogini. Shantideva lahir dengan berbagai pertanda menakjubkan, dengan nama kecil Shiwe Gocha (Rompi baja perdamaian) Semasa kanak-kanak dia sangat menghormati kedua orang tuanya, dan teman-teman sepermainanya juga sangap respek kepadanya karena sikap dan sifatnya yang sangat luhur. Ayahnya meninggal dunia untuk menunjukkan bahwa semua makhluk mengalami ketidakkekalan, dan kemudian hari realisasi Shantideva atas ketidak-kekalan dan kematian semakin berkembang.
Ketika sang ayah meninggal, dia tidak punya pilihan lain kecuali menerima tampuk raja. Ia tidak bisa menolak, oleh karena itu ia menerima untuk naik tahta raja. Satu malam sebelum upacara, Manjusri muncul dalam mimpinya dan mengatakan: “Anda akan duduk di tahtaku. Anda adalah muridku. “ Bagaimana serorang murid dan guru duduk di tahta yang sama?


Shantideva sangat terkenal atas karyanya yang berjudul Bodhicaryavatara (kadang disebut Bodhisattvacaryavatara). Versi terjemahan bahasa Inggris bisa ditemukan di dunia maya, begitu juga banyak tersedia publikasi versi cetakan. Sungguh sebuah puisi panjang yang menjelaskan proses bertahap menuju pencerahan sempurna sammsambuddhadan hingga saat ini masih menjadi topik pembelajaran Mahayana dan Vajrayana.

Rabu, 25 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

ARYADEVA

Aryadeva dilahirkan di Srilangka (Ceylon) dan menjadi murid Nagarjuna. Beliau berkelana keberbagai negara dan membantu gurunya untuk mengajarkan ajarannya. Karyanya yang paling dikenal adalah Catuh-Sankata dan Aksara-Satakam. 


Dalam petualangannya Aryadeva menyebarkan ajaran Nagarjuna yang djarkan dalam aliran Madhyamaka dan Cittavisuddhi-Prakarana. Beliau juga seorang pendebat yang luar biasa.

Guru Besar Mahayana

TAO-AN

Riwayat hidup Tao-An penyumbang jasa terbesar bagi Buddhism bahasa Mandarin, dengan memastikan kebenaran ajarannya. Beliau menginginkan adanya suatu kehidupan yang lama untuk mengenal dan mengetahui ajaran yang agama Buddha, sejak saat itu banyak Bhiksu dan orang suci datang ke Tiongkok dari India dan Asia Tengah untuk menterjemahkan Sutra.

dari para Bhiksu tersebut, Tao-An mendengar nama Kumarajiva seorang Bhiksu terkenal dan akhirnya Tao-An bertemu dengan Kumarajiva, tetapi karena banyak kesulitan dalam perjalanan pulang, tidak tiba di Chang An hingga 16 tahun setelah Tao-An wafat. kemudian Tao-An mendapatkan pengikut yang banyak dan menjadi pelopor penyebar ajaran agama Buddha dan menyaragamkan jubah para Bhiksu seperti di India.

Selasa, 24 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

KOBO DAISHI

Riwayat hidup Kobi Daishi, Beliau mendapatkan nama anumerta (penghargaan) Kukai yang berarti Buddha, orang suci dan Beliau adalah penemu aliran Shingon. Beliau belajar agama Buddha di Cina pada sekte Tantra dan memperkenalkan sekte ini ke Jepang.  ajaran yang dibawanya adalah menjelaskan bahwa alam semesta merupakan bentuk maha vairocana Buddha. 



Kobo Daishi mengklarifikasikan berbagai bentuk dari kehidupan agama, termasuk Hindu, Kong Hu Chu, Lao Tze dan sekte lainnya. Beliau mengajarkan penyatuan dari berbagai agama tentang sesuatu yang alamiah dan mengandung mistik tinggi. Tubuh Kobo Daishi dipercaya tidak pernah rusak sampai munculnya Samyaksambuddha Maitreya. 

Senin, 23 Mei 2016

Guru Besar Mahayana

MANJUSHRI BODHISATVA

Mantra kecerdasan Manjushri, dalam tradisi Tantrayana apabila seseorang menginginkan kecerdasan atau kepintaran maka harus memuja Bodhisatva Manjushri dengan mengucapkan mantra "OM A RH PA CA NA DHIH" berulang-ulang. Dengan mengulang terus menerus mantra ini dipercaya bahwa seseorang akan cerdas. 


Manjushri adalah Bodhisatva kebijaksanaan yang sesungguhnya telah mencapai kebuddhaan. Ada dua perwujudan dari Bodhisatva Manjusri, yaitu perwujudan pertama menggambarkan tangan kanannya memegang pedang (lambang kebijaksanaan yang mendalam) sedangkan tangan kirinya memegang setangkai bunga teratai biru yang diatasnya terdapat naskah suci (Lambang pengetahuannya tentang jalan yang tak terbatas). Perwujudan kedua menggambarkan Bodhisatva Manjushri dengan tangan kirinya memegang setangkai bunga teratai biru dengan naskah suci diatasnya, seperti perwujudan diatas dan tangan kanannya dalam sikap Varada Mudra (telapak tangan menghadap keatas, diletakkan pada lutut kanan).